Desakertosari23@gmail.com
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
Belum Hadir
LEGENDA DESA DAN SEJARAH DESA
Desa Kertosari adalah desa yang terdiri dari 4 wilayah/dusun. Dahulunya nama desa Kertosari adalah DESA KEBUTUH yang terdiri dari 4 dusun yaitu: Gunung Tawang, Kebakalan, Kebutuh, dan Kemranggen yang masing-masing dusun mempunyai Legenda Dan Sejarah. namun diantara 4 Dusun, 3 Dusun diantaranya memiliki Legenda yang berkaitan dengan sebuah benda pusaka berupa sebuah KERIS pada zaman Perwalian, 3 Dusun tersebut diantaranya:
Dusun Kebakalan terletak di paling atas wilayah Desa Kertosari, sebelum di kenal sebagai dusun kebakalan sudah ada tokoh atau pepunden yang menempati tempat itu yang bernama (MBAH BUNDENG), konon di ceritakan Menurut sesepuh dusun kebakalan, Kebakalan berasal dari kata ”BAKAL yang artinya BAHAN. Dulu di ceritakan di daerah tersebut hiduplah seseorang yang keseharianya mengumpulkan barang – barang logam, pada suatu ketika datanglah seorang EMPU dari dusun sebelah ( Dusun Gunung Tawang ) ingin melihat salah satu logam tersebut untuk di jadika sebagai bahan pembuatan benda pusaka, kala itu masing jarang orang yang mengumpulkan logam, EMPU tersebut menyuruh kepada orang yang mengumpulkan logam itu agar mengumpulkan logam lebih banyak lagi untuk di jadikan sebuah Benda pusaka, karena tempat tersebut adalah tempat pengambilan Bakal / bahan untuk di jadikan sebuah pusaka maka tempat itu di kenal dengan sebutan bakalan yang sekarang di kenal sebagai dusun kebakalan.
Konon katanya dusun kebakalan juga terdapat mata air yang terletak di selatan dusun kebakalan. Mata air itu terletak di sebuah bukit yang berbentuk cekungan kecil dan mata air tersebut tidak mengalir maka tempat itu di beri nama oleh sesepuh dusun kebakalan dengan sebutan “DANAU SUKU WINDU”.
DANAU SUKU WINDU hanyalah nama kiasan untuk menamakan tempat itu karena Danau tersebut tidak dapat di lihat dengan kasap mata.
Gunung tawang berasal dari kata MANGWANG yang mempunyai arti tempat mengamati atau dalam bahasa jawa di sebut nyawang.
Penduduk dusun gunung tawang adalah pindahan dari dusun Pomahan yang kalau dilihat sekarang terletak di sebelah selatan dusun gunung tawang. Konon katanya di Dusun Pomahan ada sesepuh Dusun / Pepunden yang bernama MBAH JANAR, dan salah satu penduduk dusun pomahan ada juga seorang Empu yang membuat benda pusaka atau keris, setelah benda pusaka selesai dibuat ada sebuah gunung/bukit yang digunakan untuk mengamati/nyawang hasil pembuatan benda pusaka, karna sering digunakan untuk mengamati/ nyawang maka gunung/bukit tersebut dinamakan Gunung Tawang,begitu pula dengan benda pusakanya yang disebut keris gunung tawang. Seiring berjalannya waktu penduduk dusun pomahan merasa kurang nyaman dikarenakan adanya suatu wabah atau penyakit yang menyebabkan sebagian penduduknya meninggal dunia, maka penduduk dusun pomahan pindah kesebelah utara dusun pomahan yang sekarang disebut dusun Gunung Tawang, dan sekarang sebagian bukit gunung tawang sudah dialih fungsikan menjadi pemakaman umum yang letaknya disebelah timur dusun gunung tawang.
Dusun Kemranggen adalah dusun yang terletak paling timur di wilayah Kertosari,
Dusun Mranggen berasal dari kata Mranggi, yaitu tempat pengukiran sebuah warangka pusaka, Menurut Sesepuh dusun Mranggi, dulu di ceritakan bahwa didusun Mranggi ada seorang Empu yang keseharianya membuat ukiran disebuah warangka keris, kemudian di suatu hari datang seorang Empu dari dusun Pomahan ( Gunung Tawang ) bertamu ke dusun Mranggi, Empu tersebut menyukai seni ukir yang dibuat oleh sang Empu dari dusun Mranggi, kemudian sang Empu dari dusun Pomahan ( Gunung Tawang ) bermaksud memesan dan bekerja sama dengan sang Empu dari dusun Mranggi tersebut, Kebetulan sang Empu dari dusun Mranggi juga seorang Empu pembuat Keris Pusaka.
Di suatu hari sang empu dari dusun pomahan ( Gunung Tawang ) memesan warangka ukir dari sang Empu dari dusun Mranggi tersebut, kemudian seteleh jadi, Keris tersebut diuji cobakan di daerah Gupit dengan cara ditusuk-tusukan kedalam tanah, ternyata keris tersebut berkarat, kemudian keris itu diasah kembali oleh sang Empu dari dusun Mranggi, lalu ditusuk - tusukan kembali sampai beberapa kali kedalam tanah ternyata masih juga berkarat, sampai - sampai tanah dan bebatuan didaerah tersebut juga ikut berkarat, *( Daerah Gupit yang sekarang disebut Gupitan) terbukti sekarang bahwa di daerah Gupit/Gupitan tidak ditemukan bebatuan murni, adanya bebatuan yang berkarat/bebatuan yang diselimuti bagaikan sebuat karat dari batu tersebut dan Sang Empu dari dusun Pomahan ( Gunung Tawang ) menganggap bahwa penyempurnaan keris pusaka di daerah mranggi kurang berhasil/ dianggap gagal, kemudian diboyonglah keris pusaka beserta warangkanya kedusun Pomahan ( Gunung Tawang ) untuk diasah dan disempurnakan lagi oleh sang Empu dari dusun Pomahan ( Gunung Tawang ).
Didaerah Mranggi juga terdapat gunung Kromong, yang konon ceritanya mempunyai arti bahwa, penduduk di wilayang Gunung Kromong termasuk dusun Mranggi, ketika ada suatu hal yang terjadi baik yang berhubungan dengan bencana alam atau yang lainya, maka didaerah tersebut hanya sempromong atau hanya mendengarkan saja dan akan hilang begitu saja tanpa terjadi apa-apa, atau dengan kata lain, penduduk didaerah tersebut hanya sebagai pendengar ( ikut reang reung tapi tidak terjadi masalah apa-apa).
Kemudian dusun Mranggi oleh sesepuh dusun tersebut dirubah menjadi Mranggen, yang sekarang disebut dusun Kemranggen. Pepunden yang sekarang masih dikenal adalah Eyang Kemar dan Eyang Setra, Eyang Kemar dimakamkan disebelah utara dusun Kemranggen, Sementara Eyang Setra dimakamkan disebelah selatan dusun Kemranggen dan sampai sekarang makam pepunden dusun tersebut masih dirawat dengan baik oleh penduduk dusun Kemranggen.
Diantara 3 dusun yang lain dusun kebutuh memiliki cerita tersendiri.
Konon ada sebuah kisah yang menceritakan seorang pengembara yang dikejar kebo ndaru (mahluk misterius) dari arah gunung tawang,namun di tengah perjalanan sang pengembara kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat,pada saat beristirahat sang pengembara menemukan sebuah kali atau sungai,karna begitu gembiranya sang pengembara menamakan kali atau sungai tersebut” KALI BOMBONG” atau dalam bahasa indonesia bombong berarti senang.
Kemudian sang pengembara melanjutka perjalanannya hingga sampai pada suatu perkampunggan yang belum ada namanya, sesampainya dikampung tersebut terjadilah hujan yang begitu deras,sang pengembara pun kebingungan hingga memutuskan untuk meminjam payung pada penduduk setempat,sang pengembara mendatangi warga sekitar dan mengatakan ku butuh payung untuk melanjutkan perjalana namun seluruh penduduk setempat tidak satupun yang memiliki payung, akhirnya oleh warga sang pengembara diberi daun pisang sebagai pengganti payung,setelah di beri daun pisang sang pengembara memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, namun sebelum keluar dari dusun daun pisang tersebut sudah rusak terkena derasnya hujans, sang pengembara pun meminta daun pisang lagi dengan mengatakan ku butuh daun pisang karna terlalu sering mengucapkan kata kub butuh,maka oleh penduduk setempat kampung tersebut di beri nama KEBUTUH hingga sampai saat ini dikenal dengan dusun kebutuh.
Pada tahun 1921 terbentuklah sebuah desa yang disebut Desa Kebutuh Desa kebutuh terdiri dari 4 wilayah dusun yaitu:gunung tawang,kebakalan,kebutuh, dan kemranggen yang dipimpin oleh bapak CASTRA yang berasal dari kebutuh,namun kepemimpinannya hanya berlangsung selama 5 hari dikarenakan bapak CASTRA meninggal dunia.
Dan dimasa itu diadakan rempug desa untuk memilih kepemimpinan baru dan dipilihlah bapak SASTRO REJA yang menjabat selama 8 tahun (1922-1930) kemudian kepemimpinan digantikan oleh bapak SAMEJA yang menjabat selama 20 tahun (1930-1950)setelah menjabat selama 20 tahun diadakan rempug desa kembali dan terpilihlah bapak AMAT TAYIB yang berasal dari kemranggen menjabat selama 3 tahun(1950-1953)pada era kepemimpinan bapak AMAT TAYIB dusun kemranggen mengalami kebakaran yang sangat hebat yang mengakibatkan hampir seluruh rumah warga hangus terbakar sehingga penduduk dusun kemranggen pindah kebarat dusun kemranggen yang kala itu masih menjadi telaga,sehingga warga setempat bergotong royong untuk menimbun telaga dengan tanah untuk dijadikan pemukiman dan pemukiman itu di berinama TELAGA SARI namun nama telaga sari tidak begitu di kenal dan masih dikenal sebagai dusun kemranggen.pada masa itu pula terjadi kemarau panjang yang mengakibatkan penduduk desa kebutuh kekurangan pangan atau paceklik,selang beberapa waktu masa kepemimpinannya digantikan oleh bapak SLAMET SUTARTO dikarenakan bapak AMAT TAYIB mengundurkan diri.
Bapak SLAMET SUTARTO berasal dari dusun kebutuh yang menjabat selama 18 tahun(1953-1971) pada masa itu masih terjadi kemarau panjang atau paceklik dampak kemarau panjang atau paceklik menyebabkan warga desa kebutuh terkena penyakit ODIM(busung lapar)yang mengakibatkan banyak warga meninggal dunia,pada saat penduduk mengalami paceklik dari pemerintah pusat mengirimkan bantuan makanan pokok berupa burgur.
Pada masa itu pula masuklah pendidikan di desa kebutuh yaitu SD N 1 KEBUTUH.
Selang beberapa waktu kepemimpinan digantikan oleh bapak SISWO MARWONO yang berasal dari gunung tawang yang menjabat selama 20 tahun (1971-1991) pada masa itu kondisi masyarakat di bidang ekonomi,kesehatan,kesejahteraan,masyarakat serba kesulitan maka dari tahun ketahun pergantian kepemimpinan masyarakat desa kebutuh semakin tidak ada perubahan dan masyarakat pada masa itu beranggapan bahwa nama desa tidak sesuai atau cocok dengan keadaan desa, sehingga dari masyarakat berpikiran untuk mengganti nama desa
Setelah melewati 4 tahapan kepemimpinan, pada tahun1971 yang dipimpin oleh bapak SISWO MARWONO mengadakan mironggan(musyawarah)untuk mengganti nama desa yang pada saat itu di hadiri oleh bapak camat TIRTO dan bapak bupati RAMLAN muncullah nama desa kertosari yang berasal dari kata KERTO artinya raharjo atau tentrem dan SARI yang artinya rasa yang jika di artikan secara luas tujuan mengubah nama desa kebutuh menjadi kertosari adalah supaya masyarakatnya menjadi lebih tentram dan sejahtera.
Kemudian pada tahun 1973 pusat pemerintahan pindah didusun gunung tawang ,pada tahun 1978 berdirilah SD N 2 KERTOSARI ,kemudian pada tahun 1982 SD N 1 KEBUTUH pindah ke dusun kemranggen dan diganti nama menjadi SD N 1 KERTOSARI. Seiring berjalannya waktu setelah di gantinya nama desa kebutuh menjadi kertosari masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Masa kepemimpinan bapak MASKUR,bapak MASKUR berasal dari kemranggen yang menjabat selama 8 tahun(1991-1999) pada masa kepemimpinannya desa kertosari mendapatkan bantuan IDT berupa 1 ekor kambing/1 KK dan 1 ekor sapi/7 KK.
Setelah masa jabatan berakhir kemudian diadakan pemilihan kepala desa kembali dan bapak RISWANDI yang terpilih menjadi kepala desa berikutnya,bapak RISWANDI berasal dari gunung tawang,Beliau menjabat selama 8 tahun (1999-2007)pada saat menjabat ada sebuah program dari pemerintah yaitu P3DT(Program Pembangunan Prasarana pendukung Desa Tertinggal) yang digunakan untuk membangun akses jalan dusun kebutuh-kemranggen yang tadinya hanya bisa dilewati pejalan kaki setelah adanya progran P3DT maka jalan tersebut bisa dilewati kendaraan roda 2 maupun roda 4 sehingga jalan tersebut sekarang sudah menjadi jalan utama penghubung antar dusun, kemudian pada tahun 2007 berakhirlah masa jabatan kepala desa dan diadakan kembali pemilihan kepala desa yang dimenangkan oleh bapak RISWANDI kembali,dengan masa jabatan 6 tahun (2007-2013) pada masa kepemimpinannya di bangunlah kantor desa kertosari yang sampai sekarang masih aktif di gunakan untuk pusat pemerintahan.
Pada tahun 2013 di adakan pemilihan kepala desa yang dimenangkan oleh bapak AGUNG WICAKSONO AM,d,bapak AGUNG WICAKSONO berasal dari dusun gunung tawang dengan masa jabatan selama 6 tahun (2013-2019)pada masa kepemimpinannya tepatnya pada hari rabu tanggal 18 bulan April tahun 2018 jam13:28 WIB terjadi bencana alam gempa bumi,dengan magnitudo 4,4 SR dan kedalaman 4 KM yang mengakibatkan kerusakan insfrastuktur,bangunan rumah,fasilitas umum serta korban jiwa,kerusakan rumah sejumlah 126 rusak parah,6 fasilitas umum rusak parah,dan puluhan rumah rusak sedang hingga rusak ringan .
Selain itu gempa yang terjadi selama 5 detik menyebabkan 1 orang meninggal dunia,1 orang kritis serta 50 orang luka-luka,karna kondisi rumah rusak sehingga ribuan warga desa kertosari mengungsi di sebuah titik pengungsian.
Dampak dari gempa bumi tersebut ada yang mengaitkan dengan dongeng jaman dulu yaitu: OLE-OLE OWANG PASAR WAGE GUNUNG TAWANG ternyata dongeng tersebut seperti menjadi kenyataan karena esok harinya tepatnya pada hari kamis wage hapir seluruh warga desa mengumpulkan hewan ternaknya di lapangan gunung tawang untuk dijual di situ juga ada blantik atau pembeli hewan ternak tersebut,dan akibat gempa bumi tersebut membuat warga banyak yang mengalami kerugian materil yang cukup besar.
Setelah Berjalanya waktu masa jabatan Kepala Desa Kertosari Bapak AGUNG WICAKSONO habis pada tahun 2019 dan di adakan kembali pemilihan Kepala Desa Kertosari Periode tahun 2020 – 2025 dan terpilihlah kembali Bapak AGUNG WICAKSONO menjadi Kepala Desa Kertosari periode tahun 2020 – 2025.
Setelah banyak cerita di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa desa Kertosari, Dusun paling tua terdapat di dusun Kebakalan, terbukti dengan adanya petilasan atau peninggalan sejarah yang konon kabarnya petilasan tersebut peninggalan dari syeh langlang buana”. Petilasan tersebut berada di dusun Witra ( Desa Sidokangen). Syeh Langlang buana tersebut adalah orang pertama yang membuat rumah di wilayah kecamatan kalibening, tepatnya didaerah Witra (Pawitra). Petilasan tersebut sampai sekarang masih terawat dengan baik oleh penduduk setempat. Syeh Langlang buana mempunyai anak buah yang meninggal didaerah Suku Windu yaitu salah satu tempat keramat yang ada di dusuh Kebakalan, tempat tersebut juga di namakan Danau Siluman oleh penduduk dusun Kebakalan. Anak buah yang lain bernama Mbah Bundeng dan Mbah Janar, Mbah janar pertama kali membuat pemukiman di sekitar Dusun Witra yang dinamakan dusun WANA RATA kala itu yang sekarang berada di dusun Kebakalan tepatnya di Rt 3. Jadi menurut cerita bahwa rumah pertama di kecamatan kalibening berada di dusun Witra baru kemudian membuat pemukiman lagi didaerah Wanarata atau Kebakalan Rt 3. Kesimpulan cerita ini adalah tidak bermaksud membanggakan atau mengagungkan desa sendiri, ini hanya sekedar mencari wawasan bahwa disetiap daerah punya legenda dan Sejarah Masing- masing.
Narasumber:
Kecamatan Kalibening
Kabupaten Banjarnegara - Jawa Tengah
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
TOTAL
Kirim Komentar